KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan kebesaranNya
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Energi Tenaga Angin” ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan juga kami berterima kasih pada
Dosen mata kuliah Ilmu Alam Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “Energi Tenaga Angin”. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tondano, Agustus 2012
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
1.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Energi Angin
1.2 Asal Energi Angin
1.3 Proses Terjadinya Angin
1.4 Turbin Angin Sebagai Alternatif Pembangkit
Listrik
1.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
2.
BAB II
ISI
2.1 Energi Tenaga Angin
2.2 Cara
Kerja Kincir Angin
2.3 Merancang Generator Angin Skala Kecil
2.4 Mekanisme turbin
angin
2.5 Jenis turbin angin
2.6 Alat
Pengukur Kecepatan Angin.
2.7 Prinsip
Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
2.8 Dampak PLT Angin Terhadap Lingkungan
2.9 Problem Teknis yang Dihadapi
PLT Angin
2.10 Solusi
Masalah Teknis
3.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Energi
adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan. Tanpa energi, dunia
ini akan diam atau beku. Dalam icehiduparTmanusia selalu terjadi kegiatan dan
untuk kegiatan otak serta otot diperlukan energi. Energi itu diperoleh melalui
_proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang masuk ke tubuh berupa makanan.
Kegiatan manusia lainnya dalam memproduksi barang, transportasi, dan lainnya
juga memerlukan energi yang diperoleh dari bahan sumber energi atau sering
disebut sumber daya alam (natural resources).
Sumber
daya alam itu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu_
1. sumber daya alam yang dapat_diperbarui (renewable)
atau hampir tidak dapat habis misalnya: tumbuhan hewan. air, tanah, sinar
matahari, angin, dan sebagainya;
2.
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unjenewable) atau habis,
misalnya: minyak bumi atau batu bara.
Selanjutnya,
secara terinci energi dibedakan atas butir-butir berikut dan perlu diketahui
bahwa
energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya, energi
potensial air (air terjun) dapat diubah menjadi energi gerak, energi listrik,
dan seterusnya.
1.1 Energi Angin
Dua ribu tahun yang lalu manusia sudah dapat memanfaatkan
energi angin untuk usaha sederhana. Beratus-ratus tahun
kemudian energi angin itu menjadi semakin jelas pemanfaatannya. Kapal
kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas dengan bantuan energi angin
yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang
bergerak; udara yang berpindah tempat,mengalir dari tempat yang
dingin ke tempat yang panas dan dari tempat yang panas mengalir ke
tempat yang dingin, demikian terus-menerus.
Angin adalah proses alam yang berlaku secara skala kecil dan skala
besar, secara lingkup daerah dan dunia. Di lapisan atmosfir bawah
udara dingin mengalir dari daerah kutub menuju daerah khatulistiwa dan
di lapisan atmosfir atas udara hangat mengalir dari khatuistiwa
menuju daerah kutub.
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di
bumi yang juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis.
Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia.
Adapun pemanfaatannya adalah antara lain :
- Pemompaan air untuk
keperluan rumah tangga dan pertanian.
- Melaksanakan kegiatan pertanian, seperti
menggiling jagung, menggiling
tepung, tebu.
- Mengalirkan air laut
untuk pembuatan garam.
- Membangkitkan tenaga
listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin
terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN.
Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada
bahan bakar fosil kecuali energi pasang surut dan panas bumi berasal dari
Matahari. Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi
ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi menerima 1,74
x 1.017 watt daya.
Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi
angin. Jadi, energi angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada
energi yang diubah menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka
Bumi. Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena
ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Daerah
sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0°, adalah daerah yang
mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding daerah lainnya
di Bumi.
Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan
kuning pada gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang
diambil dari satelit NOAA-7 pada Juli 1984. Udara panas lebih ringan
daripada udara dingin dan akan naik ke atas sampai mencapai
ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara
dan selatan.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan
tiba di kutub utara dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu
kembali ke khatulistiwa. Udara yang bergerak inilah yang merupakan energi
yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar turbin dan
akhirnya dapat menghasilkan listrik.
1.3 Proses Terjadinya Angin
Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak
sama oleh sinar matahari. Disiang hari udara di atas
lautan relati lebih dingin daripada daratan. Sinar matahari
menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi sinar matahari di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih
panas. Dengan demikian udara di atas mengembang,jadi ringan dan naik ke
atas.
Udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di
daratan, maka terjadilah aliran udara yang disebit angin dari lautan
ke daratan tepi pantai. Di malam hari peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin
di permukaan laut mengalir dari pantai ke tengah lautan dan peristiwa
inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari ikan di lautan.
Angin di lereng gunung juga terjadi demikian. Pada sekitar puncak
pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan daerah lembah.
Karena perbedaan panas ini sehingga menimbulkan perbedaan tekanan
yang akhirnya timbul angin biasa yang disebut angin lembah dan angin
gunung.
1.4 Turbin Angin
sebagai Alternatif Pembangkit Listrik
Menurunnya tinggi muka air di berbagai bendungan -
terutama yang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga
air (PLTA)-telah menurunkan pasokan listrik di Jawa hingga 500 megawatt.
Sebagai salah satu sumber pemasok listrik, PLTA bersama
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik
tenaga gas (PLTG) memang memegang peran penting terhadap ketersediaan
listrik terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya
berlimpah di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sebagai alternatif
penghasil listrik. Padahal, di berbagai negara, pemanfaatan energi
angin sebagai sumber energi alternatif nonkonvensional sudah semakin
mendapatkan perhatian.
Hal ini tentu saja didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya
krisis energi dengan kenyataan bahwa kebutuhan energi terus meningkat
sedemikian besarnya. Di samping itu, angin merupakan sumber energi
yang tak ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem konversi energi
angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.
1.5 Pembangkit
Listrik Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind
Power System memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan
energi listrik. Alat ini sangat cocok sekali digunakan masyarakat yang
tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum, sistem alat ini
memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan
angin ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut
akan dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi
listrik.
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor, transmisi, elektrikal dan,
tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat
daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini
diharapkan energi angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya
lebih ringan. Baling-baling ini dibuat dengan diameter 3,5 dan
bahannya dibuat dari fiberglass.
Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower
setinggi delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan
sistem kerekan dan tali, sistem transmisi ini
digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil.
Karena kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini
sangat menguntungkan untuk meningkatkan putaran sebagai pengubah
energi digunakan alternator dua fase 12 volt, energi listrik yang
dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki. Sementara kapasitas
daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System telah
diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu
jam hasil dari percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik
untuk menyalakan TV dan lampu sampai 100 watt.
Karya yang dibuat selama bulan ini sudah dapat langsung
diterapkan bagi masyarakat. Untuk menyimpan energi listrik bisa digunakan
aki besar, dan penggunaannya bisa digunakan instalasi pembagi. Sedangkan
biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan Win Power System relatif
murah, sekitar Rp 16 juta. Tapi, itu belum termasuk bahan dan pembuatan
towernya.
BAB II
ISI
2.1
Energi Tenaga Angin
Energi angin
juga menjadi pilihan alternatif sebagai energi pengganti bahan bakar fosil,
yang disediakan alam secara gratis. Energi angin tersedia dalam jumlah tidak
terbatas, selama bumi masih memiliki cadangan udara. Energi tersebut dihasilkan
oleh angin yang menggerakkan kincir angin ukuran raksasa. Biasanya kincir angin
sebagai penghasil energi diletakkan pada wilayah tertentu dengan tingkat
intensitas angin yang tinggi.
Untuk
menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja harus memiliki
kecepatan angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan listrik yang stabil sesuai
kapasitas generatornya rata-rata 6 s/d 10 meter/detik.
Pembangkit
ini bisa digunakan untuk skala kecil, menengah dan besar karena arus yang
dihasilkan dalam 1 jam lebih besar serta membutuhkan investasi yang lebih murah
ketimbang PLTS .Daerah yang cocok digunakan pembangkit ini adalah daerah
pantai, pesisir, pegunungan.
Kincir
angin merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Awal mulanya
kincir angin digunakan pada zaman babilonia untuk penggilingan padi.
Penggunaan
teknologi modern dimulai sekitar tahun 1930, diperkirakan ada sekitar 600.000
buah kincir angin untuk berbagai keperluan. Saat ini kapasitas daya yang
dihasilkan kincir angin skala industri antara 1 – 4 mw.
Prinsip
kerja Turbin Angin adalah mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik
putaran poros. Energi mekanik poros biasanya dimanfaatkan untuk membangkitkan
listrik menggunakan suatu generator. Energi listrik sifatnya sangat fleksibel.
Energi ini dapat digunakan untuk penerangan, menggerakkan mesin-mesin industri,
transportasi, dan masih banyak lagi.
Perangkat
pembangkit dari angin juga jauh lebih murah dibandingkan perangkat pembangkit
dari energi matahari. Padahal jumlah energi yang dihasilkan oleh 1.000 buah sel
fotovoltaik relatif setara dengan belasan kincir angin. Bahkan sejumlah sistem
kincir angin yang dipasang di Denmark bahkan menghasilkan energi hingga 3.000
megawatt atau sekitar 20 persen kebutuhan energi di seluruh Eropa.
Kini,
Eropa menghasilkan energi angin dengan jumlah energi sekitar 35.000 megawatt
atau setara dengan tiga puluh lima pembangkit listrik tenaga batu bara
(National Geographic, Agustus 2005: 65). Hal ini jelas menjadi sebuah
keuntungan besar bagi masyarakat luas. Karena keuntungannya yang sedemikian
besar, maka beberapa negara, di wilayah Eropa dan Amerika Serikat, menggunakan
teknologi ini.
Potensi
energi angin untuk kebutuhan energi masa depan sangat menjanjikan. Ketika sel
fotovoltaik tidak mendapatkan sinar matahari, maka pasokan listrik akan
terhambat, sedangkan kincir angin relatif stabil pada semua cuaca karena tidak membutuhkan
sinar matahari untuk menghasilkan energi. Hal itu membuat kincir angin unggul
satu langkah di depan sel fotovoltaik dalam menghasilkan energi.
Para
ilmuwan di Eropa dan Amerika Serikat menaruh harapan besar kepada sumber energi
angin sebagai sebuah cara menghadapi krisis energi di masa depan. Namun
demikian tidak semua masyarakat setuju dengan kincir angin sebagai sebuah
penghasil energi alternatif, ukuran kincir yang terlalu besar dan suara desing
yang berisik membuat masyarakat di sekitar proyek kincir angin cenderung
menolaknya, padahal banyak sisi positif yang dapat dipetik dari pemanfaatan
energi ini.
Jika
kita bisa membuat simulasi numerik aliran udara melintasi turbin angin dengan
rancangan tertentu misalnya aerofoil, jumlah blade (bilah), panjang chord,
diameter dan lain sebagainya, maka dengan menentukan kecepatan aliran udara di
depan dan belakang turbin akan dapat ditentukan berapa Thrust yang
dihasilkan dan Daya Angin yang berhasil diserap Turbin Angin. Thrust bersifat
merugikan karena thrust yang mendorong menara penyangga turbin, semakin besar
trhust, maka menara penyangga juga harus kuat, sehingga biaya pembuatannya akan
mahal.
Semakin
besar Daya (Power) yang diserap oleh turbin, maka efisiensi konversi energi
turbin akan semakin besar, artinya turbin yang dirancang sangat menguntungkan.
2.2 Cara Kerja Kincir Angin
Cara
kincir angin bekerja sangat sederhana yaitu:
- Angin akan meniup bilah kincir angin sehingga bilah bergerak
- bilah kincir angin akan memutar poros didalam nacelle
- Poros dihubungkan ke gearbox, di gearbox kecepatan perputaran poros ditingkatakan dengan cara mengatur perbandingan roda gigi dalam gearbox
- gearbox dihubungkan ke generator. generator merubah energi mekanik menjadi energi listrik
- dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan tegangannya kemudian baru didistribusikan ke konsumen
2.3 Merancang Generator Angin Skala
Kecil
Generator
bekerja dengan menggunakan prinsip magnetic induction dan bekerja dengan
prinsip left-hand rule , yaitu:
1. Thumb Finger determine the direction of motion of inductor
2.
Fore Finger determine the direction of flux
3.
Other Finger determine the direction of current flow
Generator
diklasifikasikan menjadi 2:
1.
Generator AC
2.
Generator DC
Untuk
membuat generator dengan tenaga angin sebagai sumber energinya. Prinsipnya
sederhana, 3 bilah kincir angin dibuat dengan sudut 120 derajat satu sama lain
dan kemiringan kurang lebih 12.75 derajat. Di titik pangkalnya, dipasang poros
generator yang kemudian terhubung dengan slip rings, stator, sikat, komutator,
dan armature.
Angin
yang berhembus akan memutar kincir sehingga poros akan ikut berputar dan
menyebabkan garis-garis fluks terpotong dan menimbulkan tegangan induksi.
Tegangan ini menyebabkan arus mengalir. Namun,tegangan yang dihasilkan adalah
tegangan AC, sehingga dibutuhkan komutator untuk membuat arus yang mengalir
adalah arus searah. Besarnya daya yang dihasilkan sangat tergantung dari
kecepatan putaran kincir, yang artinya sangat tergantung dari kecepatan
hembusan angin
2.4 Mekanisme
turbin angin
Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan
menggabung- kan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik
ke unit penyalur listrik. Listrik dialirkan melalui kabel transmisi
dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah, dan sebagainya.
Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin.
Jenis lain yang umum adalah jenis turbin dua bilah.
Turbin angin bekerja sebagai kebalikan dari kipas angin.
Bukannya menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas
angin, turbin angin menggunakan angin untuk membuat listrik.
Angin akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros
yang dihubungkan dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk
pemakaian umum berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil,
kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk perumahan, piringan parabola,
atau pemompaan air.
2.5 Jenis turbin
angin
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis
turbin angin propeler dan turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah
yang kini memperoleh perhatian besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya
yang umum sekarang sudah digunakan adalah untuk memompa air dan
pembangkit tenaga listrik.
Turbin angin propeler
adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-
baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus
diarahkan sesuai dengan arah angin yang paling tinggi
kecepatannya.
Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer.
Anemometer jenis mangkok adalah yang paling banyak digunakan. Anemometer
mangkok mempunyai sumbu vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi
menangkap angin.
Jumlah putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara
elektronik. Biasanya, anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk
mendeteksi arah angin. Jenis anemometer lain adalah anemometer
ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan fase dari suara atau
cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.
Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi
angin yang digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak.
Turbin angin ini pertama kali ditemukan oleh GJM Darrieus tahun
1920.
Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus adalah tidak
memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak
perlu mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti
pada turbin angin propeler.
Di Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh
lembaga penelitian maupun oleh pusat studi beberapa perguruan
tinggi. Proyek ini perlu memperoleh perhatian dari pihak yang terkait
untuk dikembangkan karena membutuhkan riset yang
cukup intensif mengenai kecepatan angin, lokasi penempatan
turbin angin, serta cara untuk mengatur pembebanan turbin yang
tidak merata.
Misalnya pada malam hari angin cukup kencang, sedangkan pada
pagi dan siang hari kecepatan angin turun sehingga harus ada
mekanisme penyimpanan energi serta mekanisme untuk menstabilkan fluktuasi
tegangan listrik yang dihasilkan.
Dalam situasi
yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang,
tampaknya alternatif energi angin perlu dikaji ulang. Selain hasilnya
selalu berkelanjutan, harganya pun kompetitif dibanding pembangkit
listrik lainnya.
2.6 Alat Pengukur
Kecepatan Angin.
Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin
maka perlu suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat
yang sering digunakan dalam mengukur kecepatan angin biasa
disebut anemometer.
2.7 Prinsip
Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Angin adalah salah satu
bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin
mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin
angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang
memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian
belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Angin kelas 3 adalah batas
minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling berkembang saat ini.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling berkembang saat ini.
Berdasarkan data dari WWEA
(World Wind Energy Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi
listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts,
menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika,
Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin.
Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin
secara glogal mencapai 170 GigaWatt.
Di tengah potensi angin
melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem
konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia,
lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW)
sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun
di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua
unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit.
Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu
(PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Tenaga angin telah lama
dimanfaatkan di tanah air kita sejak ratusan mungkin ribuan tahun yang lalu,
khususnya untuk menggerakkan kapal layar sampai sekarang, dan yang banyak kita
lihat sekarang digunakan dalam tambak-tambak ikan di tepi pantai untuk
menggerakkan baling-baling (atau turbin angin) untuk menjalankan memompaan air.
Namun baiklah kalau kita di Indonesia mulai mempopulerkan PTLTA, khususnya
ukuran kecil. PTLTA ukuran kecil adalah istilah yang biasanya diberikan kepada
unit 50 KW atau lebih kecil.
Tempat-tempat terpencil yang
biasanya menggunakan diesel-generator dapat menggantikannya atau menambahkannya
dengan PTLTA ukuran kecil ini.
2.8 Dampak PLT Angin
Terhadap Lingkungan
Keuntungan utama dari
penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya adalah disebabkan
karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi ini
tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan
bahan bakar fosil.
Oleh karenanya tenaga angin
dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin
juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya tidak
mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan. Penetapan
sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan proses
yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapat memakan
waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi
dampak lingkungan yang luas.
Emisi karbon ke lingkungan
dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses manufaktur komponen
serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit listrik
tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis
pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida
pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja.
Disamping karbon dioksida,
pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen oksida,
polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun begitu, pembangkit listrik
tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah
yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik,
diantaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya
merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladang angin sebagai
pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin
untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih dapat
digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi
penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan
pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi
lahan pertanian serta pemukiman.
Hal ini yang membuat
pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai
tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin
dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat
menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk.
Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat
mengganggu pandangan penduduk setempat.
Efek lain akibat penggunaan
turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah. Putaran dari sudu-sudu
turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada suara angin
pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox
serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suara
listrik.
Derau mekanik yang terjadi
disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau
rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin
dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan
sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian. Penentuan
ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi angin
dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor
seperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran
masuk.
Derau aerodinamis merupakan
masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi
di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari
pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena
menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah
atmosfir. Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin
adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat
terluka atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang
berputar.
Namun dampak ini masih lebih
kecil jika dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran
transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran
bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit
listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi populasi burung dan
kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah kurang bagus
juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut. Ladang angin lepas
pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal
yang berlayar.
Konstruksi tiang pembangkit
listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang
terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya kehidupan bawah
laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya
polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan
turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik
tenaga angin lepas pantai menambah 80 – 110 dB kepada noise frekuensi rendah
yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator
laut.
Namun begitu, ladang angin
lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan yang
baru. Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angin dilarang,
maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya pemancingan berlebih di laut. Dalam
operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan
kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran
telah menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian.
Kematian juga terjadi kepada
beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin angin.
Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang perlu
diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran pada
turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat
tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal
ini dapat menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran
berantai yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian.
Hal ini pernah terjadi pada
Taman Nasional Australia dimana 800 km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak
pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya polusi daerah
setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum. Meskipun
dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan pembangkit
listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil,
dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam
kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.
2.9 Problem
Teknis yang Dihadapi PLT Angin
1. Kecepatan
Angin
Variable angin menimbulkan
masalah manajemen sistem jaringan listrik lebih sedikit daripada yang
diharapkan oleh pihak-pihak yang skeptis. Ketidakstabilan permintaan energi dan
kebutuhan untuk melindungi gagalnya pembangkit listrik konvensional memenuhi kebutuhan
tersebut, sesungguhnya membutuhkan sistem jaringan listrik yang lebih fleksibel
daripada tenaga angin, dan pengalaman dunia nyata telah menunjukan bahwa sistem
pembangkit listrik nasional mampu menjalankan tugas tersebut.
Pada malam berangin, sebagai
contoh, turbin angin 50% pembangkit listrik di bagian barat Denmark, tapi
kekuatannya telah terbukti dapat diatur. PLTB (pembangkit listrik tenaga
bayu/angin) saat ini cukup menjadi primadona di dunia barat dikarenakan potensi
angin yang mereka miliki (daerah sub tropis) sangat besar. Berangsur-angsur
tapi pasti, PLTN mulai diganti dengan penggunaan PLTB ataupun pembangkit
renewable lainnya. Perlu diingat di lokasi-lokasi tersebut size kapasitas PLTB
mereka sudah besar–besar (Min 1 MW). PLTB ukuran kecil seperti di Nusa penida
dengan kapasitas 80 kW sangat teramat jarang sekarang ini.
Untuk di Indonesia, dengan
iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit untuk menemukan daerah dengan potensi
angin (distribusi anginnya) yang konstan/baik. Ada beberapa daerah di Indonesia
yang katanya memiliki kecepatan angin cukup tinggi (gust wind) berdasarkan
survei yang dilakukan selama 3 bulan, tapi hal ini tidak berguna bagi PLTB bila
kecepatan angin itu hanya cuma bertahan beberapa menit/detik saja dan kemudian
hilang. Perlu adanya survei/studi berkesinambungan yang memerlukan data selama
minimal satu tahun untuk mevalidasi potensi angin didaerah tersebut.
Rata-rata PLTB yang dijual
di pasaran untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 kW), cut in dan cut out
mereka adalah 3 dan 25 m/s dengan kecepatan optimumnya adalah 12 m/s. Di dunia
saat ini banyak ditemukan PLTB stand alone yang beredar dipasaran (untuk ukuran
10 kW). Penggunanya adalah daerah-daerah terpencil yang tidak tersentuh oleh
ataupun terlalu mahal untuk dihubungkan oleh grid. Kebanyakan dari mereka tidak
pure hanya menggunakan PLTB tapi juga menggunakan PV. Selain karena disebabkan
kebutuhan listrik yang cukup besar juga disertai dengan diversikasi energi
apabila tiba-tiba tidak terdapat anginya yang cukup.
Untuk memenuhi kebutuhan
listrik di Indonesia saat ini untuk daerah-daerah terpecil seperti di
kepulauan-kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi renewable energy
yang ada di lokasi (seperti PLTB-PLTsurya-baterai, PLTB-PLTMH-Fuel Cell, dll).
Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk penggunaan
energi-energi tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan ekonominya
terutama FC dan PLTSurya.
2. Resiko
Kincir
Kelemahan
listrik tenaga angin pada bunyi bising kincir dan resiko tersambar petir serta
tidak cocok untuk daerah jalur penerbangan. Apalagi kalau banyak yang bermain
layang-layang atau banyak burung terbang jadi mudah tersangkut.Hal ini juga
berpengaruh pada dampak lingkungan yang disebabkan pembuatan Pembangkit Listrik
Tenaga Angin skala besar.
2.10
Solusi Masalah Teknis
Karena kecepatan angin yang
diperlukan untuk memutar kincir sangat bergantung pada alam maka pada
pembangkit listrik tenaga angin ini dilengkapi dengan charger
baterai/aki,sehingga pada saat kecepatan angin cukup untuk menghasilkan
listrik,listrik yang dihasilkan disimpan dalam baterai/aki dan dapat digunakan
saat turbin angin tidak beroperasi.
Kombinasi dari penggunaan listrik tenaga
angin, tenaga surya, dan tenaga micro hidro mampu mengatasi krisis energi dan
mengurangi pencemaran lingkungan.
Untuk tenaga angin selama
kincir berputar maka suplai listrik terus terpenuhi walau hari sudah gelap.
Ingatlah bahwa matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke bumi
setiap jam.
Jadi bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya.
Dengan menggabungkan dua atau lebih energy konvensional maka hal ini dapat
menutupi kekurangan energy yang diakibatkan kelemahan-kelemahan dari pembangkit
listrik tenaga angin tersebut. Penciptaan jaringan listrik yang super
mengurangi masalah ketidakstabilan angin.
Caranya dengan membiarkan
perubahan pada kecepatan di wilayah-wilayah berbeda untuk diseimbangkan satu
sama lain. Perkembangan tenaga angin berkembang dengan pesat saat ini, namun
demikian masa depan tenaga ini belum terjamin. Saat ini tenaga angin telah
dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara di dunia.
Namun sejauh ini kemajuan
itu disebabkan oleh usaha segelintir pihak, yang dipimpin oleh Jerman, Spanyol
dan Denmark. Negara-negara lain perlu untuk memperbaiki industri tenaga angin
secara dramastis jika target global ingin dicapai. Oleh karena itu prediksi
untuk menjadikan tenaga angin dapat memasok energi dunia sebesar 12 persen pada
tahun 2020 sebaiknya tidak dilihat sebagai hal yang pasti, tapi sebagai
tujuan—satu kemungkinan masa depan yang kita bisa pilih jika kita mau.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Keuntungan
utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya adalah
disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber
energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan
bahan bakar fosil.
Ø Pembangkit
Listrik Tenaga Angin juga berdampak terhadap lingkungan sekitar, dampak yang
paling jelas adalah dambak visual,karena pembangkit istrik ini membutuhkan
tempat yang luas untuk skala besar.
Ø Ramah
lingkungan- keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah berkurangnya level
emisi karbon dioksida penyebab perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari
polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil
dan nuklir.
Ø Penggunaan
energi konvensional tenaga angin merupakan alternative sumber energi yang
efektif apabila digunakan ditempat yang mempunyai sumber daya angin tinggi.
3.2 Saran
Penggunaan inovasi dalam
teknologi, bagaimanapun selalu memunculkan permasalahan baru yang memerlukan
pemecahan dengan terknologi baru lagi. Oleh karena itu kita sebagai orang-orang
yang bergerak di bidang science dan teknologi haruslah dapat terus
mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan yang memiliki efek negatif
sekecil mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://elektrojiwaku.blogspot.com/
http://afrizalmulyana.blogspot.com/2009/12/pembangkit-listrik-tenaga-angin.html
http://www.alpensteel.com/article/47-103-energi-angin--wind-turbine--wind-mill/2272-pembangkit-listrik-tenaga-angin-wind-power.html
www.beritaiptek.com
www.kincirangin.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar anda